Sekretaris Desa Gajihan, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Nur Chamim (45), mengaku tidak berniat pamer soal pemberian dua mobil mewah untuk anaknya yang viral. Nur Chamim dan keluarga besarnya mengaku terkejut lantaran pemberian hadiah mobil tersebut berbuntut ramai di jagat maya. Mewakili keluarga, Nur Chamim berharap masyarakat menilainya dengan bijak dan positif. "Kami tidak sampai hati pamer, ini hanya bentuk kasih sayang serta memotivasi anak-anak untuk lebih giat bersekolah. Sekali lagi kami meminta maaf," tutur Nur Chamim, saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel, Selasa.
Dia menghadiahi mobil mewah tersebut untuk memotivasi semangat belajar kedua anak serta keponakannya. Terlebih, ketiganya selama ini tercatat berprestasi dalam sekolah. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Momen pemberian ganjaran barang mahal tersebut dikemas menjadi satu dalam perayaan ulang tahun salah satu putrinya di kediamannya di Desa Gajihan pada Sabtu (1/1/2022) siang.
"Hadiah ultah 27 Desember untuk putri saya, Amnesty Ratu Urbaningrum Chamim, kelas 2 SD yang bisa rangking satu, minta dibelikan Rubicon dan New HRV untuk Ailza Richarda Chamim yang lolos masuk kedokteran UMS. Adapun Alphard untuk keponakan saya, Nadin Berlian Rica Prasetya usia 10 tahun," ungkap Nur Chamim.
Mobil Tersebut Mobil Bekas
Nur Chamim mengungkapkan, tiga mobil tersebut statusnya bukan barang baru melainkan bekas dengan harga miring. Proses pengiriman mobil mewah itu dengan pengawalan dari kepolisian. Nur Chamim mengaku hal tersebut adalah permintaan dari keluarga besarnya. "Supaya kondusif dan lancar apalagi pengiriman tepat di Tahun Baru. Sekali lagi tidak bermaksud pamer, apa sih yang dipamerkan, toh di kalangan pengusaha Pati, kami itu masih kecil. Tiga mobil itu saja bekas, totalnya hampir Rp 2 miliar. Kami beli cash dari rekan di Semarang," pungkas Nur Chamim. Baca juga: Ketika 4 Kades di Pati Karaoke Bersama Wanita Nyanyikan Lagu Shaggydog Di balik pekerjaannya sebagai sekdes, Nur Chamim ternyata juga berprofesi sebagai pengusaha yang ikut tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Pati dan Asosiasi Pengusaha Pribumi Indonesia (Asprindo) Jateng. "Jangan dihubungkan dengan pekerjaan saya sebagai sekdes yang hanya bergaji sekitar Rp 3 juta. Karena sejak dulu saya dan kakak adalah pengusaha madu, bisnis jual beli tanah, usaha pertanian dan perkebunan. Sekdes adalah pengabdian saya kepada masyarakat," terang Nur Chamim.
0 Comments