Lahkokbisa.info - Merpati (14) dan Mawar (14) gamblang menceritakan pengalamannya "jual diri" di salah satu cafe sekitar sekolah mereka, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 29, Makassar, Kamis (9/4).
Lahkokbisa.info Ilustrasi "3 Pelajar SMP 4 di Makasar Jual Diri " |
Tribun menemui dua siswa yang disamarkan namanya itu untuk mengungkap praktik seks komersial yang melanda siswa SMP di Makassar. Praktik "jual perawan" di SMPN 29 terungkap ketika sejumlah orangtua murid mendatangi sekolah ini, Selasa (31/3/2015) lalu.
Para orangtua "memngamuk" di sekolah memprotes guru bidang konseling (BK) yang menuding beberapa siswa di sekolah ini sudah tidak perawan lagi.
Psikolog Universitas Hasanuddin (Unhas), Umniyah Saleh SPsi MPsi, mengatakan, banyak faktor sehingga anak SMP yang baru belasan tahun terlibat dalam perdagangan seks. "Ingat, masa SMP adalah masa puberitas. Faktor ekonomi selalu menjadi alasan yang paling kuat untuk melakukan hal-hal yang menyimpang. Perdagangan seks menjadi jalan pintas untuk mendapat uang," kata Uminyah.(Lihat, Gaya Hidup Masa Puberitas)
Wali Kota Makassar, Danny Pomanto, mengatakan akan menjalankan protokol geledah siswa ketika mendengar adanya informasi praktik prostitusi di sekolah.
"Kalau ada faktanya, maka saya akan melakukan protokol geledah siswa sebelum masuk kelas," ujar Danny. adis Pendidikan: Ada Data Saya Langsung Turun
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Makassar, Alimuddin Tarawe, berjanji segera bertindak jika menemukan data dan fakta tentang "praktik haram"tersebut.
"Saya akan tinggalkan kursi saya segera mungkin jika memang itu benar terjadi, kita akan sama-sama turun untuk menindaki itu," kata Alimuddin.
Rayuan Seniornya Merpati dan Mawar gamblang menceritakan profesi "sesaat" mereka kepada Tribun, kemarin. Keduanya memakai jilbab, sesuai aturan di SMP 29. Merpati lebih banyak menunduk saat menceritakan pengalamannya. Mawar sangat santai dan semangat bercerita. Mawar dan Merpati memiliki postur yang nyaris sama, tiga sekitar 155 cm dan berat 40 kg.
Keduanya mengaku telah bertobat. Tobat mereka pun dituangkan dalam secarik kertas atas permintaan guru. Mawar bercitacita melanjutkan pendidikan ke SMK, Merpati belum tahu lanjut di mana. "Kejadiannya sudah lama. Saya sudah lupa berapa kali saya lakukan," ujar Mawar.
Sekali melayani, dibayar Rp 300 ribu. Keduanya penyebut pengguna jasa "nikmati tubuh" itu sebagai kakak.
Mawar dan Merpati mengaku dipertemukan dengan "para kakak" oleh seniornya.
Sebelum melayani kakak, Mawar dan Merpati diberi dua tablet warna putih yang diminum secara bersamaan. "Begitu dua tablet itu selesai diminum, serasa terbang. Tubuh bagian bawah serasa tidak bisa bergerak. Katanya kakak, tablet itu pencegah kehamilan," kata Mawar.
Yakin dengan ucapan kakak, Mawar mengaku enjoy melakukan hubungan badan itu dan tidak takut hamil. Merpati mengaku kadang was-was jika tiba-tiba hamil. "Kita kan masih usia subur," ujarnya. Hasil dari "jual diri" itu digunakan oleh Mawar dan Merpati untuk membeli keperluan sehari-hari.
"Yah, seperti membeli baju, sabun, parfum atau kebutuhan lainnya," ujar Merpati. Kedua siswi itu mengaku tidak bercita-cita jadi penjaja seks komersial. Tapi mereka tidak bisa menghindari rayuan senior yang hampir setiap hari mengajak mereka mesum. Senior yang sudah "memakai" mereka inilah yang kemudian menjadi mucikari, yang mencarikan mereka "kakak". Si senior merayu mereka dengan beragam iming-iming, seperti akan dijamin masa depannya, akan dijamin keuangannya, dan akan dijamin cepat capat kerja.
Proses belajar mengajar di SMPN 29, kemarin, berlangsung seperti biasa. Kepala sekolah sedang tidak ada di tempat. Dua orang guru di BK tak mau berkomentar tentang ulah siswinya. Mulut mereka terkunci laiknya gembok gerbang sekolah berlantai dua tersebut. "Saya no comment dek, silakan konfirmasi ke humas sekolah," ujar seorang guru berjilbab.
Humas SMPN 29, Nirmala, mengatakan, pihak sekolah tak tinggal diam. Guru sudah menelusuri tingkah peserta didik mereka selama setahun terakhir.
Dia mengakui, kasus "jual diri" di sekolah itu mencuat lagi setelah ribut sejumlah orangtua mendatangi sekolah, protes.
"Kami juga bingung mengatasi masalah ini, karena siswa tidak ada yang mau mengaku. Siapa juga yang mau dibilangi tidak perawan, apalagi mereka masih sangat belia,' ujarnya, saat dikonfirmasi kemarin. Kampung Kokologia Kampung Kokologia terletak di Kelurahan Mariso, Kecamatan Mariso, sebelah utara Pantai Losari. Kampung ini berhadapan dengan tempat pelelangan ikan (TPA).
Di depan TPA Jl Rajawali, terdapat gapura yang di atasnya tertulis Kampung Kokologia.
Memasuki gapura tersebut kita akan menjumpai deretan rumah penduduk yang berdempetan dan jalan setapak yang dipaping blok. Bangunan rumah yang rata-rata tidak memiliki halaman dan pagar. Jalan paping blok dijadikan halaman rumah. Jalan paping blok yang semakin jauh kita masuk akan semakin sempit jalan yang kita lalui. Hanya kendaraan roda dua yang bisa lewat.
Di malam hari sekitar pukul 20.40 wita perkampungan tersebut terlihat sangat ramai. Banyak anak-anak yang bermain di sepanjang jalan. Orangtua terlihat di depan rumah memperhatikan anaknya bermain. Gadis ABG (anag baru gede) terlihat berkumpul tiga sampai empat orang di depan rumah. Sementara itu pemudanya terlihat duduk di atas motor yang terparkir di pinggir jalan. Tidak ada aktivitas warga yang mencurigakan atau semacam transaksi seks. Perkampungan tersebut layaknya perkampungan pada umumnya yang padat penduduk.
Lahkokbisa.info source : Tribun
0 Comments