Ticker

6/recent/ticker-posts

Jalan Tol Indonesia Disebut Tak Aman, Begini Hasil Kajian KNKT


Viral di media sosial, seorang warganet menyebut bahwa jalan tol di Indonesia tidak aman usai peristiwa kecelakaan maut yang menewaskan seleb Vanessa Angel dan Bibi Andriansyah.

Video tersebut oleh akun TikTok @anakteknikindo dan beredar di dunia maya sejak Jumat (5/11/2021) dan telah ditonton sebanyak 18,6 juta kali.

“Belajar dari kecelakaan yang menewaskan Vanessa dan Bibi. Tau nggak, ternyata jalan tol di Indonesia tidak aman," ujar narasi dalam video tersebut.

Menurut akun tersebut, ada dua faktor yang menyebabkan jalan tol di Indonesia tidak aman.

Faktor pertama adalah karena jalan tol di Indonesia menggunakan jalan beton. Si narator menyebutkan, jalan beton tidak mempunyai daya cengkeram antara ban mobil dengan permukaan perkerasan jalan.

Faktor kedua ialah karena adanya pembatas dinding beton di tengah jalan yang tebal dan kokoh.

"Seharusnya jalan tol yang aman di tengahnya harus berupa rumput dengan lebar 2,5 meter dengan kelandaian 5 persen," kata narasi dalam video lebih lanjut.

Menurutnya, seandainya di tengah jalan tol ada rumput, maka supir yang mengantuk sekalipun maupun pecah ban mobil bisa berhenti.

Dua penyebab terbesar kecelakaan jalan tol
Dalam kajian yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), terdapat banyak alasan mengapa suatu kecelakaan bisa terjadi walaupun sudah didesain seaman mungkin.

Senior Investigator KNKT, Achmad Wildan, menyebutkan ada dua penyebab terbesar kecelakaan di jalan tol.

1. Faktor kesadaran
Kondisi lost of situation awareness ini biasanya disebabkan oleh lelah, stres, bingung, dan tidak konsentrasi.

"Ketika mengalami penurunan kewaspadaan dan menghadapi suatu emergency, tiba-tiba ada truk di depan misalnya, kemudian mengambil reaksi berlebihan, itu yang menyebabkan banyak kecelakaan," kata Wildan, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (7/11/2021).

2. Faktor kendali
Wildan menyebut istilah kondisi ini dengan lost of control atau kehilangan kendali. Dalam kondisi ini, sopir seringkali mengalami microsleep atau tidur sesaat.

Menurut Wildan, seseorang yang mengalami microsleep terkadang tidak sampai memejamkan mata, tetapi pikiran blank.

Padahal, ketika seorang pengemudi tertidur hanya satu detik dengan kecepatan 120 kilometer per jam, kendaraan akan melaju tanpa kendali 28 meter.

"Ini risikonya kan tinggi, jarak mobil dengan MCB atau beton kita yang sebelah kanan kan cuma maksimal 3 meter, sementara 28 meter kita berjalan tanpa kendali. kemungkinan mobil menabrak tebing ya sangat tinggi. Itu yang sering kami temui di jalan tol," tutur dia.

Artinya, mayoritas kecelakaan di jalan tol disebabkan oleh faktor pengemudi, bukan infrastruktur.

Pertimbangan dalam membangun jalan tol
Untuk itu, KNKT menyatakan tak setuju dengan pendapat warganet bahwa jalan tol tidak aman.

Sebab, performasi jalan tol selalu diinspeksi secara berkala dan diaudit oleh (BPBJ) serta Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).

Menurut dia, ada dua indikator performasi jalan tol, yaitu skid resistance atau tingkat kekesatan jalan dan rockness atau ketidakrataan jalan.

1. Kualitas jalan
Ia juga kurang sependapat dengan klaim kualitas jalan beton lebih buruk dibandingkan aspal, sehingga menyebabkan kecelakaan.

Wildan menuturkan, dua struktur jalan tersebut memiliki kekuatan dan keamanan yang sama. Hanya saja, pengerjaan jalan menggunakan beton lebih cepat.

"Kalau bicara kekuatan, sama. Cuma tinggal bicara waktu. Jalan tol kita itu kan dipacu biar cepet selesai, sehingga kita melakukan pendekatan rigid beton," jelasnya.

"Tapi pada perjalan berikutnya, itu kan yang rigid kemudian atasnya dikasih aspal biar lebih smooth dan nyaman dipake pengendara," sambung dia.
2. Pemilihan pembatas jalan dan median
Soal pembatas jalan, Wildan menjelaskan, ada tiga median yang biasa digunakan, yaitu concrete barrier (beton), pagar pengaman jalan (guardrail), dan wire rope.

Selain tiga itu, ada median yang diatur oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yaitu berupa rumput.

Akan tetapi, median rumput memiliki tingkat fatalitas lebih tinggi, karena meningkatkan risiko kendaraan menyeberang ke jalur lain.

"Ketika terjadi kecelakaan beruntun di Cipali, banyak kendaraan yang menyeberang, KNKT mengeluarkan rekomendasi agar median yang bentuknya seperti itu (rumput) dihilangkan," ujar dia.

Itulah alasan mengapa jalan tol di Indonesia rata-rata dipilih menggunakan concrete barrier, pagar pengaman jalan, maupun wire rope.

"Jadi jangan biarkan dalam bentuk rumput, karena risiko kendaraan nyebarangnya sangat tinggi. Itu tabrakan head-to-head bisa menyebabkan fatalitas lebih tinggi," katanya.


Post a Comment

0 Comments